BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Khamis, 29 Oktober 2009

Mukjizat Nabi Musa



Masih ingatkah teman-teman dengan kisah mukjizat Nabi Musa yang membelah laut merah dengan tongkatnya? Jika salah satu diantara teman-teman yang menganggap kisah tersebut hanya merupakan dongeng belaka, sekarang mari kita simak tulisan yang saya uraikan dibawah ini.


Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno didasar laut merah. Menurutnya, mungkin ini merupakan bangkai kereta tempur Pharaoh yang tenggelam dilautan tsb saat digunakan untuk mengejar Musa bersama para pengikutnya.

Menurut pengakuannya, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda ditempat yang sama.

Temuan ini tentunya semakin memperkuat dugaan bahwa sisa2 tulang belulang itu merupakan bagian dari kerangka para bala tentara Pharaoh yang tenggelam di laut Merah. Apalagi dari hasil pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan,memang benar adanya bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam, dimana menurut sejarah,kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu yang sama.









Selain itu, ada suatu benda menarik yang juga berhasil ditemukan, yaitu poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya telah tertutup oleh batu karang, sehingga untuk saat ini bentuk aslinya sangat sulit untuk dilihat secara jelas. Mungkin Allah sengaja melindungi benda ini untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi2-Nya merupakan suatu hal yang nyata dan bukan merupakan cerita karangan belaka. Diantara beberapa bangkai kereta tadi, ditemukan pula sebuah roda dengan 4 buah jeruji yang terbuat dari emas. Sepertinya, inilah sisa dari roda kereta kuda yang ditunggangi oleh Pharaoh sang raja.

Sekarang mari kita perhatikan gambar diatas, Pada bagian peta yang dilingkari (lingkaran merah), menurut para ahli kira-kira disitulah lokasi dimana Nabi Musa bersama para kaumnya menyebrangi laut Merah. Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuweiba. Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800 meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab. Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan (garis merah) kedalamannya mencapai 1500 meter. Kemiringan laut dari Nuweiba ke arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk Nuweiba ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat
Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.Lebar lintasan Laut Merah yang terbelah diperkirakan 900 meter. Dapatkah kita membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk dapat membelah air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada kedalaman perairan yang rata2 mencapai ratusan meter untuk waktu yang cukup lama, mengingat pengikut Nabi Musa yang menurut sejarah berjumlah ribuan? (menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km, dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam).
Menurut sebuah perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima Jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter. Jika kita kaitkan dengan kecepatan angin,menurut beberapa perhitungan, setidaknya diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam!!! sungguh luar biasa, Allah Maha Besar.

Muslim's Dream of Ideal State




In 360 CE, Plato started talking about the ideal socio-political state which he called the ‘Republic’, and over the centuries people have tried to find or establish this perfect society without success. Although most people never realized it, this ideal society really existed; it was there in the social system built by Prophet Muhammad S.A.W. in Madinah, a system that operated according to Allah’s guidance and Islamic teachings. This righteous system survived after the death of Rasulullah and throughout the period of influence of his four wise and rightly-guided followers as Caliphs (Khulafa’ Ar-Rashidin): Abu Bakar RA, Umar Al-Khattab RA, Uthman RA and Ali RA.

When Abu Bakar was Caliph, he appointed Umar Al-Khattab as a judge. As reported by Western orientalist, months used to pass by with no one coming to Umar with any complaint. Finally, Umar came to the Caliph – according to our present days terms – present his resignation, saying “I have nothing to do. You hired me as a judge over people who knew their duties and accomplished them and who knew their rights and didn’t transgress them.”

How would you feel if you lived in such a society? You wake up every morning knowing that justice prevails, love and care surround you and mercy is your society’s main slogan. Have you ever dreamed that our brothers in Palestine, Xinjiang, Chechnya and so on live in safety without worrying of being shot or stabbed from nowhere? Currently, anywhere around the world, it is always the Muslims are the victims. I can’t imagine how a Muslim can sleep unheeding on his comfortable bed while violent oppression taking place worldwide.

The path is still too far yet not impossible. Just a simple thought from me. By the way, Happy Eid Mubarak! Kullu 'aam wa antum bil khoir. Maaf zahir dan batin.

Khamis, 22 Oktober 2009


Sains Islam
Dan Sains Barat



Islam tidak pernah mengetepikan sains. Sains mengikut Encarta Encyclopedia ialah, "Systematized knowledge in any field, but applied usually to the organization of objectively verifiable sense experience." Ia bermaksud, "Sains dalam skop yang luas bermaksud ilmu-ilmu yang diperoleh secara sistematik berdasarkan pengalaman deria yang dapat dibuktikan secara objektif."

Secara umumnya, sains boleh didefinisikan sebagai ilmu yang dihasilkan melalui cerapan (iaitu analisis dengan menggunakan panca indera) serta fahaman yang lahir daripadanya. Ia juga boleh diertikan sebagai huraian secara sistematik tentang fenomena tabii atau alam semula jadi. Huraian secara sistematik melibatkan penggunaan intelek di samping kaedah yang dapat diukur (quantitative). Jika diamati definisi-definisi ini, ia memang telah ditekankan oleh Islam berdasarkan dalil-dalil dan nas yang telah disebutkan sebelum ini.

Ilmu sains melahirkan teknologi. Teknologi (mengikut Merriam-Webster Dictionary, The American Heritage Dictionary of the English Language: Fourth Edition dan WordNet Dictionary), boleh didefinisikan sebagai, "Pengaplikasian atau penggunaan ilmu terutamanya ilmu sains secara praktikal dan digunakan terutamanya dalam bidang perdagangan dan industri untuk kemanfaatan manusia." Justeru, ilmu sains merupakan alat penting untuk membina teknologi namun ilmu sains bukanlah teknologi. Sebagai contoh, sains membicarakan tentang teori atom dan daripada itu lahirlah teknologi yang menghasilkan kuasa atom.

Keterbatasan Sains

Islam memberi kebebasan kepada para saintis untuk mengkaji, namun ia menyedari keterbatasan intelek yang dimiliki manusia. Justeru, sains Islam menjadikan wahyu sebagai sumber rujukan yang tertinggi. Dalam erti kata yang lain, dalam Islam, wahyu mengatasi akal kerana wahyu datang daripada kuasa tanpa batas sedangkan akal terbatas. Sains tidak boleh mengatasi wahyu. Apa-apa konklusi yang bercanggah dengan dasar-dasar wahyu dianggap sebagai konklusi sains yang salah dan apa-apa yang selari dengannya bolehlah diterima. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surah al-Jathiyah ayat 20,

"Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini."

Justeru, sains dalam Islam ialah sains yang berkonsepkan tauhid. Sains dalam Islam tunduk kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah melalui rasulnya. Sains dalam Islam tunduk kepada al-Quran.

Di barat konsep yang merujukkan sains kepada Tuhan, wahyu dan kuasa ghaib dikenali sebagai creationism. Kadang kala ia dikenali juga sebagai intelligent design. Konsep-konsep ini ditolak oleh ramai saintis di barat. Sebagai contoh, para saintis daripada Akademi Sains Kebangsaan di Amerika (The U.S. National Academy of Sciences) menegaskan bahawa "sebarang kenyataan yang menetapkan bahawa asal usul kehidupan ini ada perkaitan dengan kuasa ghaib (supernatural intervention) tidak boleh diiktiraf sebagai sains." Hal ini dinyatakan dalam Science and Creationism: A View from the National Academy of Sciences, Second Edition, terbitan National Academy of Sciences tahun 1999.

Dalam kes Kitzmiller lawan Dover Area School District pada tahun 2005 (Case No. 04cv2688. December 20, 2005), sebuah mahkamah persekutuan di Amerika memutuskan mana-mana sekolah yang mengajar sains dan mengaitkan kejadian kehidupan dengan kuasa ghaib dan mengetepikan teori evolusi, ia dianggap telah melanggar perlembagaan Amerika.

Matlamat dan Metodologi Sains

Dalam Islam, sains mempunyai matlamatnya. Matlamat jangka pendek ialah mengenali hakikat kejadian alam serta manusia dan memanfaatkan ilmu itu untuk kebaikan semua. Sebagai contoh, melalui sains kita mengetahui bahawa seks kromosom lelaki menentukan kejantinaan seseorang bayi, kejadian bayi bermula dengan persenyawaan antara sperma lelaki dan ovum wanita, kejadian bumi berlaku selepas kejadian bintang-bintang di langit dan yang seumpamanya. Namun akhirnya yang menjadi keutamaan ialah matlamat jangka panjang iaitu mengagungkan dan membesarkan Allah. Hal ini terserlah dalam surah al-Mukminun ayat 14 yang bermaksud,

"Kemudian Kami menjadikan benih nuthfah itu alaqah. Kemudian daripada alaqah Kami jadikan mudghah. Kemudian daripada mudghah Kami jadikan tulang dan Kami tutup tulang itu dengan daging. Kemudian Kami jadikannya makhluk berbentuk lain. Maha suci Allah, sebaik-baik Pencipta."

Perhatikanlah ayat ini dengan baik. Selepas Allah menceritakan fasa-fasa kejadian bayi (dan hal ini dapat disahkan oleh sains), Allah mengakhiri ayat itu dengan ungkapan, "Maha suci Allah, sebaik-baik Pencipta." Inilah matlamat asasi sains, iaitu untuk mengagungkan Allah.

Untuk mencapai matlamat ini metodologi yang digunakan perlulah betul. Sains berkonsepkan tauhid melahirkan metodologi atau pendekatan yang mengambil kira syariat. Kepatuhan kepada syariat tidak menghalang kreativiti dan inovasi kerana kebebasan untuk mengkaji telah pun diberikan Islam berdasarkan sabda nabi yang bermaksud, "Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu." Yang dituntut ialah kepatuhan kepada prinsip-prinsip syariat yang akan mencantikkan sains. Sebagai contoh syariat mengutamakan nyawa manusia. Justeru kajian sains dan teknologi yang terhasil daripadanya tidak boleh digunakan untuk memusnahkan nyawa. Syariat juga melarang kemudaratan dilakukan berdasarkan sabda nabi yang bermaksud,

"Tidak boleh melakukan kemudaratan dan tidak boleh membalas dengan kemudaratan." Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Malik, Al-Hakim, Baihaqi dan Ibn Majah.

Islam juga menekankan tentang akhlak. Antara akhlak yang wajib dihayati ialah sikap bertanggungjawab ataupun amanah. Amanah ini melibatkan individu, alam sekitar dan masyarakat secara amnya. Lihatlah apa yang berlaku pada hari ini apabila sains dan teknologi terbabas daripada nilai-nilai amanah dan agama. Sebagai contoh, bidang bioteknologi telah melahirkan satu konsep baru yang dikenali sebagai kejuruteraan genetik (genetic engineering). Teknologi ini mampu memindahkan bahan genetik yang bernama DNA dari satu spesies ke spesies yang lain. Walau bagaimanapun untuk berjaya, proses ini memerlukan bantuan virus tertentu agar DNA daripada spesies yang berbeza dapat mengenali antara satu sama lain. Penggunaan kuman-kuman virus ini akhirnya menyebabkan kelahiran pelbagai kuman serta penyakit baru yang mampu membunuh manusia. Mengikut Dr Mae-Wan Ho, pengarah Bioelectrodynamics Laboratory di Open University, United Kingdom, kejuruteraan genetik telah menyebabkan wabak kolera menyerang India pada tahun 1992, wabak kuman streptococcus di Tayside pada tahun 1993 dan wabak kuman E. Coli 157 di Scotland.

Justeru, kepatuhan kepada syariat adalah penting agar sains tidak terbabas daripada landasan kebenaran dan kesejahteraan.

* Dr.Danial Zainal Abidin merupakan seorang pengurus dan pengamal perubatan di klinik Syifa' Gelugor, Pulau Pinang. Beliau juga adalah pengarah urusan kepada Syarikat Danial Zainal Consultancy. Di samping itu beliau juga merupakan seorang pakar motivasi undangan di radio,penceramah dan penulis buku yang berkaitan Islam dan Sains.



Qailulah Yang Tersirat



Tidur siang pernah dianggap sebagai salah satu tanda kemalasan. Islam menganggapnya sebagai suatu kebaikan asalkan seseorang itu tidak berlebih-lebihan dengannya.
Di dalam kitab 'Misykatul Masabih' disebutkan tentang salah satu amalan sunnah yang pernah dilakukan oleh Nabi :
"Tidur yang sedikit di waktu tengahari (qailulah) tidaklah keji. Rasulullah SallAllahu Alaihi wasallam ada melakukannya."

Imam Al Ghazali di dalam kitab 'Ihya Ulumuddin' telah berkata :
"Hendaklah seseorang tidak meninggalkan ibadah di malam hari sebagaimana sahur membantu puasa di siang hari. Sebaik-baiknya ialah bangun sebelum tergelincir matahari untuk solat zohor."

Islam mempunyai pandangan tertentu tentang tidur tengahari. Ia dianggap sebagai sunnah dan bukan sebagai satu yang keji. Tidurnya hanya sekejap. Tujuannya adalah untuk kesegaran tubuh badan agar dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan amal dan ibadah yang berkualiti.

Dewasa ini, berpandukan kajian-kajian saintifik, tidur sekejap di waktu siang (day napping), terutamanya pada waktu tengahari, didapati amat berkesan untuk mempertingkatkan tenaga, tumpuan dan akhirnya produktiviti pekerja-pekerja.
Baru-baru ini satu kajian 25 tahun tentang kesan tidur ke atas negara-negara industri dan pasca industri telah mendapati bahawa 92.5% pekerja-pekerja yang berkesempatan tidur di waktu tengahari, mempunyai daya kreativiti yang lebih tinggi. Daya kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah juga meningkat. Semua ini pastinya meningkatkan produktiviti.
(Napping News : 'Scientific Proof Confirms : Napping Enhances Worker Productivity,' from eFuse)


Waktu tengahari merupakan masa yang paling sesuai untuk tidur seketika kerana sistem badan kita memang bersedia untuk memanfaatkan fasa tidur pada waktu itu. Fasa ini disebutkan sebagai 'a midafternoon quiescent phase' atau 'a secondary sleep gate'.
Di antara tokoh-tokoh yang menggalakkan tidur tengahari ini adalah Dr.William A.Anthony, Ph.D. dan Camille W.Anthony, pengarang buku 'The Art of Napping at Work'. Demikian juga yang disebutkan oleh David F. Dinges dan Roger J. Broughton di dalam buku mereka 'Sleep and Alertness: Chronobiological, Behavior and Medical Aspects of Napping'.

Dr. James Maas, pakar tidur dari Cornell University juga telah merumuskan bahawa tidur di tengahari sekadar 15-20 minit sudah mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan menjaga kesihatan. Seorang pengkaji yang lain, Donald Greeley, telah mengatakan bahawa tidur tengahari adalah bermanfaat selama mana ianya tidak melebihi satu jam.
(Gail Benchener: 'Parents and Sleep Deprivation,' Family.com)
Sunnah tidur tengahari yang diajarkan Nabi SallAllahu Alaihi Wasallam rupa-rupanya merupakan suatu yang amat saintifik lagi relevan pada hari ini..


Kitaro - The Best Of Kitaro - Mirage Mp3
Mp3-Codes.com

followers